This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Saturday, April 28, 2018
Wednesday, April 18, 2018
Beriman dalam Gadget
Suatu
introspeksi diri di era digital
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa era digital telah
terjadi dan sedang merambah ke ranah keluarga bahkan masuk lebih dalam pada
setiap pribadi di dalamnya. Berbagai merk ditawarkan dengan mengusung harga
mulai dari termurah hingga harga selangit. Fitur-fitur yang ada pun tersedia
mulai dari tat-tit-tut (gadget yang masih menyediakan tombol keypad ) hingga
yang tanpa tombol keypad (gadget jenis touch screen) dengan menambahkan sensor
mata atau wajah untuk keamanannya.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan,
gadget-gadget ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu. “Bengkel” produksinya
terus berinovasi, bersaing antar produk dan berlomba menunjukan pada dunia
siapa yang lebih hebat dan canggih. Tidak menutup kemungkinan gadget mutakhir
nantinya tidak akan berbentuk seperti yang kita kenal sekarang, bisa saja
berbentuk chip yang dipasang di bagian tubuh kemudian untuk keperluan
berkomunikasi kita hanya perlu memikirkannya saja maka orang yang kita ajak
berkomunikasi tersebut akan hadir di depan kita dalam wujud hologram.
Sekarang ini, tidak ada yang tidak mungkin terjadi.
Manusia tidak pernah puas dengan hasilnya saat ini maka ia akan mencoba
menemukan bentuk lain, cara lain atau dengan gaya lain dalam menampilkan suatu
hasil produk pengetahuan ciptaannya. Ditambah lagi jika berbicara mengenai
bisnis pemasarannya; para pemilik produk akan berlomba-lomba menarik minat
konsumen dengan beragam cara mulai dari taktik harga, memunculkan kualitas
hingga bonus-bonus spesial jika belanja produk tertentu.
Pengetahuan manusia seolah-olah tidak terbatas.
Saling berkaitan satu dengan yang lain antara pengetahuan dan zaman menjadikan
manusia menjadi makhluk yang tak pernah puas. Perubahan zaman purba ke zaman
modern juga dipengaruhi oleh pengetahuan karena manusia selalu berpikir
bagaimana cara mempermudah hidup, mempermudah hubungan atau berkomunikasi,
mempermudah mengerjakan pekerjaan yang sulit hingga menyederhanakan hal yang
seharusnya sudah sederhana; misalnya si A akan bermain ke rumah si B dengan
jarak tempuh sekitar seratus meter. Seharusnya yang dilakukan si A cukup
berjalan kaki saja namun ia lakukan dengan menggunakan sepeda motor. Contoh
lain, dalam sebuah keluarga seorang mama memanggil anak-anaknya yang berada
dalam kamar menggunakan handphone untuk segera makan malam.
Sejenak masuk dalam kisah penciptaan; sang manusia
memang terjebak dalam pengetahuan yang diturunkan oleh Adam dan Hawa. Manusia
pertama itu telah “mencuri pengetahuan” yang sebenarnya menjadi aturan mengikat
di Taman Eden pada waktu itu karena termakan rayuan gombalnya si iblis.
Kelemahan Adam dan Hawa menjadi dasar kekuatannya untuk menggugat Allah pada
waktu itu; “mengapa kami tidak diizinkan memakan buah itu? Padahal ketika kami
telah memakannya, kami tidak mati bahkan kami menjadi tahu bahwa kami
telanjang, kami akhirnya menjadi tahu segalanya mana yang baik dan mana yang
jahat”. Namun dengan kelancangan mereka ini telah menjadikan segalanya berubah
di luar prediksinya. Ternyata manusia pertama dan keturunannya harus berusaha
keras, menanggung resiko penderitaan demi mempertahankan hidup. Inilah awal
ketidakpuasan manusia dalam berusaha.
Perjuangan keras menghasilkan kesuksesan dan yang
malas berusaha akan kalah hingga menderita; inilah pola skema kehidupan yang
diturunkan oleh manusia pertama hingga sekarang pada kita.
Salah satu buah pengetahuan itu adalah gadget.
Seiring dengan perkembangannya, gadget telah berhasil membawa perubahan dalam
tatanan hidup manusia. Ia telah berhasil menggeser nilai-nilai yang hampir
tertata baik dalam masyarakat. Munculnya gadgetmania (julukan bagi para pecandu
gadget) menjadi tanda sudah merajalelanya gadget di semua kalangan dan merusak
tatanan yang ada. Seorang pecandu gadget akan sulit menjalani kehidupan
sehari-harinya dengan normal, misalnya mengobrol karena perhatiannya akan
tertuju pada dunia maya dan bahkan jika ia dipisahkan dengan gadget, maka akan
muncul perasaan gelisah. Efek lain yang muncul pada gadgetmania berupa
komunikasi verbal secara langsung dan bisa dipastikan efek berikutnya yang
lebih parah adalah adanya fantasi atau halusinasi yang berlebihan sehingga
menyebabkan realitas dalam interaksi sosial tergantikan dengan interaksi semu
dalam dunia maya.
Seiring dengan semakin hilangnya hubungan
antar-personal, modernisasi pada bagian gadget semakin tak terkendali. Berbagai
macam kasus kejahatan terjadi akibat penggunaan gadget yang salah bahkan
sengaja disalahgunakan demi suatu kejahatan yang memuaskan. Salah satu situs
online, detik.com mencatat dalam Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya
mengungkap enam kasus kejahatan di dunia maya yang melibatkan anak di bawah
umur selama periode Mei 2016. Keenam kasus tersebut adalah perkara hacking
Instagram, pornografi, penipuan online, penghasutan via Facebook, pengancaman
bom hingga prostitusi online. Hal ini tentunya sangat mengkhwatirkan bagi
kelangsungan anak muda generasi penerus bangsa. Salah satu tindakan yang sudah
dilakukan instansi terkait yaitu dengan memblokir situs konten pornografi dan
dibentuknya Direktorat Cybercrime di awal tahun 2017 yang lalu. Dari pihak
Polri, sebagai pelindung, pengayom, pelayan dan penegak hukum di masyarakat
sepertinya melihat dunia cyber adalah
fenomena di masyarakat yang patut dicermati.
Berbicara mengenai gadget dalam korelasinya dengan
dunia cyber memang tak akan
putus-putusnya. Namun bagaimana jika penggunaan gadget ikut pula mempengaruhi
kualitas iman seseorang? Iman, yaitu jawaban manusia atas tawaran keselamatan
dari Allah melalui Yesus Kristus (konteks iman Kristiani) agar manusia
terhindar dari pikiran dan perbuatan dosa. Dalam sebuah skema dapat digambarkan
berikut ini:
Bentuk keselamatan yang diterima bisa dalam bentuk
apa saja, misalnya setiap hari kita masih bernafas, pergi dan pulang dari
tempat kerja kita terhindar dari marabahaya, diberi kesuksesan, kebahagiaan
dalam keluarga dan sebagainya. Nah, bentuk keselamatan inilah yang perlu kita
syukuri dan dilaksanakan dalam praksis iman. Dengan beriman, kita mengeratkan
hubungan dengan Allah melalui PuteraNya Yesus Kristus.
Bicara mengenai iman, banyak cara dan sarana yang
dapat membantu kita beriman. Sarana-sarana yang dapat menghantar dalam beriman
misalnya barang-barang rohani seperti patung Para Kudus, kalung Rosario, medali
suci, Salib, buku-buku rohani, Kitab Suci dan lain-lain. Sejalan dengan tujuan
dibuatnya barang-barang rohani ini tidak lain adalah untuk mengeratkan hubungan
antara manusia dan Allah. Hubungan baik akan terbangun jika barang rohani ini
digunakan tepat guna yang disebut Sakramentali karena telah berfungsi
menghantar seseorang agar lebih dekat dengan yang diimaninya. Tempat-tempat
rohani juga mampu membantu kita untuk lebih dekat dengan Sang Pokok Iman, contohnya
yaitu Gua Maria. Pengalaman pribadi, saat berziarah ke Gua Maria kita akan
merasa benar-benar berdoa di samping Bunda Maria dan doa kita akan segera
disampaikannya pada Puteranya. Pengalaman rohani inilah yang dimaksud dari
kualitas iman dimana segala kebaikan Allah akan langsung dirasakan.
Dewasa ini penggunaan barang-barang rohani masih
digunakan dengan tepat guna, misalnya barang-barang yang berupa asesoris,
gantungan kunci, gambar-gambar rohani dan sebagainya. Walau hanya sebatas
asesoris biasa namun kita sebagai pengguna paling tidak memahami makna mengapa
kita memilih menggunakan asesoris rohani.
Berbicara mengenai sarana dalam beriman, aplikasi
gadget masa kini paling sering digunakan untuk mendengarkan/ membaca Kitab Suci
atau renungan-renungan harian atau hanya sekedar melihat gambar-gambar rohani.
Inilah media pewartaan iman masa kini di era digital. Para pencipta aplikasi
berkeinginan memberikan kemudahan bagi para penggunanya. Sama halnya dengan
barang-barang rohani, aplikasi dalam gadget seharusnya digunakan tepat guna,
tepat waktu dan tepat tempat. Aplikasi dalam gedget lebih tepatnya digunakan
pengguna secara personal saja atau dalam komunitas kecil, misalnya membaca/
mendengarkan bacaan Kitab Suci harian atau renungan harian secara pribadi
ataupun dalam suasana rekoleksi. Salah
dan tidak tepat guna jika gadget digunakan pada saat Perayaan Kudus, misalnya
dalam Perayaan Ekaristi atau Ibadat Sabda. Bukan rahasia lagi jika sering kita
lihat umat di gereja mengeluarkan gadgetnya pada saat Perayaan Kudus. Mengutip
dari pernyataan Paus Fransiskus dalam ucanews.com
tanggal 9 November 2017 beberapa waktu lalu tentang penggunaan gadget pada saat
Misa, “Ini mengganggu saya saat saya
merayakan Misa di lapangan atau di Basilika dan saya melihat begitu banyak
ponsel di udara, tidak hanya dari umat, tetapi juga dari beberapa imam dan
uskup ... tolong, Misa bukan sebuah pertunjukan, tetapi sebuah perjumpaan
dengan kisah Sengsara dan Kebangkitan Tuhan”.
Dari pernyataan Paus Fransiskus jelas adanya bahwa
aturan normatis mengenai penggunaan gadget sangat dilarang pada
Perayaan-perayaan Kudus. Selain mengganggu umat lain yang mau khusuk berdoa
juga terkait penodaan kekudusan Sakramen yang bertahta dalam Tabernakel. Bapa
Paus sendiri merasa tertanggu, begitu juga umat yang hadir dengan niat tulus
untuk berjumpa dengan Tuhan dalam Perayaan Ekaristi. Liturgi Sabda dalam
Perayaan Ekaristi maupun Ibadat Sabda mengajak umat yang hadir untuk mendengarkan Sabda Allah. Namun dalam
hal ini banyak yang salah mengartikan; ketika perikop bacaan dalam Kitab Suci
dibacakan oleh Lektor, beberapa umat yang hadir langsung membuka Kitab Sucinya
dan ada pula yang langsung mengeluarkan gadgetnya kemudian asik membaca pada aplikasi
media masing-masing. Sikap liturgi yang benar dalam hal ini adalah umat hanya
mendengarkan; karena Tuhan sendiri yang hadir dan bersabda pada diri kita dan
kita mendengarkan-Nya. Inilah tanda penghormatan kita pada Sabda Allah yang
hidup dalam Perayaan Ekaristi atau dalam Ibadat Sabda.
Gadget memang memungkinkan kita untuk menjadi sarana
iman namun perlu juga diperhatikan penggunaannya yang tepat guna. Tidak ada
salahnya di zaman digital ini gadget menjadi pilihan sarana untuk mendekatkan
diri pada Sang Iman dan tidak ada salahnya juga aplikasi-aplikasi rohani banyak
tersedia yang sangat mudah diunduh serta penggunaannya pun cenderung instan.
Kebijakan dari pribadilah yang menentukan cara penggunaan gadget yang tepat
guna. Beriman dalam gadget disini bukan berarti membangun identitas berhala
melalui gadget namun memanfaatkan media modern guna mendekatkan diri pada Allah
Bapa dan mengimani Sang Putera yaitu Yesus Kristus karena manusia berdosa telah
tertebus oleh-Nya.