Powered By Blogger

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, August 18, 2018

Bencana Asap, Kami Tertuduh

Sedikit refleksi dan introspeksi tentang bencana asap yang melanda di sebagian besar wilayah Kalbar.
Menurut info terakhir, titik panas yg terhitung hingga ribuan titik.
Ada pernyataan yg menggelitik benak utk direnungkan dan ditindaklanjuti agar segera diklarifikasi, "penyebab bencana asap ini adalah karena adanya aktivitas pembakaran ladang oleh petani tradisional Dayak di pedalaman".
Whatttttt!!!!!
Maaf sodara, saya mengerti sekali bagaimana cara para petani tradisional itu sebelum membakar ladangnya. Mereka tidak sembarangan langsung bakar begitu saja. Sebelumnya, mereka akan memisahkan lahan yang akan dibakar dengan lahan yang tidak dibakar dan diusahakan berjarak jauh. Kemudian mereka akan saling membagi tugas penjagaan agar api tidak menjalar kemana-mana, dan setelah itu yang paling penting adalah memperhatikan arah mata angin sehingga dipastikan ketika ladang dibakar yang terbakar hanya lahan yang akan dijadikan lahan saja.

Jika ada pertanyaan, apakah harus dibakar?
Maka saya sebagai anak petani akan menjawab, untuk membuat ladang memang hrs dibakar.
Nenek moyang masyarakat Dayak memang telah menemukan proses penyuburan tanah tanpa bahan kimia dg cara dibakar.
Perlu diingat, sebelum melakukan proses pembakaran ladang ini, para petani tradisional Dayak akan melakukan upacara " Memberitahu Jubata" (Tuhan dalam bahasa Dayak Kanayatn-Kalbar), sekaligus meminta izin agar proses pembuatan ladang berjalan dengan lancar sehingga menghasilkan hasil panen yang melimpah.

Petani di pedalaman saat ini sering menjadi tumbal dari ulah oknum perusahaan-perusahaan besar yg akan membuka lahan dengan cara praktis yaitu dibakar. Di mata pemerintah/ aparat terkait/ masyarakat umum, aktivitas membakar lahan atau ladang selalu disamakan sehingga muncul peraturan pelarangan pembakaran lahan dan apabila itu dilanggar makan hukuman dan denda yang tidak ringan menanti.

Bencana asap yang muncul beberapa tahun terakhir ini membuktikan bahwa, aktivitas pembakaran ladang yang dilakukan nenek moyang bangsa Dayak dahulu tidak berpengaruh sehingga menimbulkan bencana asap seperti sekarang karena dulu tidak pernah ada yang namanya kabut asap atau bencana asap.
Munculnya perusahaan perkebunan dalam skala luas inilah yg mengawali bencana kabut asap.
Saudara-saudaraku jika kita paham benar  tentang tata cara pembakaran ladang yang sudah dilakukan sejak turun temurun oleh nenek moyang bangsa Dayak hingga sekarang, maka tidak akan menimbulkan kebakaran hutan atau lahan yang tak terpakai, dan para petani tradisional tidak akan tertuduh sebagai kaum lemah yang mudah menjadi tumbal penguasa kaya.

Maaf hny sedikit refleksi, krn banyak tuduhan yg dialamatkan pada petani tradisional yg menjadi penyebab bencana asap.
Salam Satu Darah!!
Salam Persatuan!!