Powered By Blogger

Thursday, November 22, 2018

RETRET 2017: GARDA COSTANTINIAN DI SEKOLAH KUNZHONG

Sharing pengalaman dalam melaksanakan tugas
Retret Guru-guru Agama Katolik dan Pembina Rumah Retret Costantini
yang Bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Kalimantan

Retret merupakan suatu kegiatan pembinaan iman dengan mengarahkan diri pada hubungan vertikal, hubungan diri dengan Allah dan mengolah pengalaman sehari-hari menjadi pengalaman iman yang menguatkan.

Yayasan Pendidikan Pendidikan (YPK), melalui Komisi Kerohanian, menyelenggarakan Retret bagi guru-guru yang mengajar Pendidikan Agama Katolik di YPK.

Berhubung Yayasan Pendidikan ini milik Kongregasi Murid-murid Tuhan (CDD) memiliki fasilitas rumah retret jadi tempat penyelenggaraannya di Rumah Retret Costantini Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, milik sendiri.

Kegiatan berlangsung dari tanggal 4 Desember hingga 6 Desember 2017.

P. Laurentius Fol Piluit, CDD berperan sebagai pendamping/ pembimbing dalam retret kali ini. Beliau membagi materi retret menjadi empat bagian dan bagian terakhir adalah sharing pengalaman. 
Pada bagian pertama yaitu ulasan tentang "Bangga Menjadi Katolik". Fenomena menarik pun diangkat pada bagian ini yaitu fenomena saat Perayaan Ekaristi. Kita tahu bahwa Perayaan Ekaristi merupakan puncak karya keselamatan Allah pada manusia melalui pengurbanan Yesus disalib, namun kenyataan yang terjadi dalam Gereja; bagi beberapa orang, puncak keselamatan dari Allah tersebut belum mendapat tempat tersendiri dalam praktik imannya. Pada saat Perayaan Ekaristi berlangsung, orang tua ikut sementara anaknya dititipkan di (katanya) sekolah minggu. Suatu fenomena yang tidak asing lagi terjadi dalam praktik hidup menggereja, seolah seperti pepatah "Gayung Bersambut"; anak di "titipkan" di sekolah minggu dengan alasan agar tidak mengganggu saat berlangsungnya Perayaan Ekaristi. Ada lagi alasan lainnya. Ekaristi dirasakan sangat membosankan sehingga apabila anak-anak mengikutinya akan memancing mereka untuk membuat keributan di dalam gereja, nah cara yang dilakukan orang tua untuk mengatasi ini biasanya adalah menitipkan anaknya di sekolah minggu. 
Apa salahnya di sini?
Kekeliruan apa yang terjadi di sini?
Anak-anak akan dijauhkan dengan pengalaman langsung dalam Perayaan Ekaristi bahkan hingga tidak mengenal apa itu Ekaristi. Akibat fatal berikutnya akan terjadi yaitu tidak adanya pemahaman tentang Ekaristi, tidak mengenal Ekaristi dan akhirnya tidak mencintai Ekaristi. Kebanggaan akan Ekaristi pun akan sulit didapatkan, apalagi untuk menjadi orang Katolik yang militan.

Pada bagian kedua, Pater Fol mengajak para guru agama Katolik untuk belajar lebih dalam lagi tentang sosok kepemimpinan Yesus. Di sini keteladanan yang mau ditunjukan bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki kemampuan dalam mendelegasikan (bdk. Kel 18:21-23), pemimpin yang menyadari keterbatasannya (bdk. Ul 1:9), pemimpin adalah pelayan (bdk. Luk 22:25) dan yang terakhir, seorang pemimpin hendaknya selalu membuat rencana/ visi-misi (bdk. Luk 14:31-32). Dalam keteladanan kepemimpinan yang diberikan oleh Yesus diantaranya; Yesus selalu mengawali karya dengan berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan, Yesus juga berusaha memberi kepercayaan kepada para muridNya dengan mengutus para murid serta diberikan kuasa untuk mengusir roh jahat. Di sisi lain, Yesus juga memberikan teladan bahwa pemimpin itu berkepribadian yang tegas; nampak ketika Yesus mengusir para pedagang yang sedang berjualan di Bait Allah. 

Menjadi seorang pendidik iman, para guru agama hendaknya selalu mendoakan siswa secara pribadi dengan segala keunikannya karena seorang pendidik yang baik bukan hanya mengerjakan tanggungjawabnya ketika jam mengajar saja tetapi lebih dari itu; seorang pendidik yang setia hendaknya ia menjadi pendidik selama 24 jam. 
Menjadi pendidik 24 jam artinya, setelah melaksakan tanggungjawab di sekolah sebagai guru, seorang pendidik iman (guru agama katolik) juga membuka kesempatan bagi para siswa yang ingin hanya sekedar bercerita keadaannya (curhat). Mendoakan mereka; ini menjadi salah satu fungsi guru agama katolik di luar jam mengajar wajib di sekolah.

Bagian ketiga pada retret ini, Pater Fol mengajak para Guru Agama Katolik Kunzhong dan Pembina Rumah Retret untuk belajar dari seorang Filsuf  Yunani yaitu Plato. Menurut Plato, pendidikan adalah suatu usaha merawat dan membudayakan jiwa. Ada tahapan-tahapan yang mesti dilalui oleh manusia dalam usaha memahami diri dan lingkungan sekitar.
Tahap awal (sampai usia 20 tahun)
Pendidikan pra-rasional.
Pendidikan yang cocok untuk tahap awal ini berkaitan dengan seni, imitasi pada cerita/ kisah, puisi dan teater theologi.
Tahap kedua (usia 20 tahun sampai 30 tahun)
Bidang pendidikan yang memungkinkan untuk mengembangkan pribadi berkaitan dengan ilmu pasti misalnya matematika dan astronomi. 
Tahap ketiga (usia 30 tahun sampai 35 tahun)
Bidang pendidikan yang cocok berkaitan dengan dialektika. 
Seseorang akan berusaha menyelesaikan suatu masalah menggunakan nalar.
Masa matang (sampai umur 50 tahun)
Kepribadian seseorang akan diukur dari sejauh mana keberaniannya dalam membuat keputusan, dianggap bijaksana dan memiliki keadilan.

Bagian keempat merupakan penutupan pada keseluruhan isi materi retret ini. Pada bagian keempat ini, peserta retret diajak untuk menghayati tugas dalam karya. Tugas dan tanggungjawab dihayati sebagai sebuah karya. Dalam setiap karya, kita berusaha selalu menuju kekudusan. Seruan Apostolik Paus Fransiskus "Gaudete et Exsultate" (Bergembira dan bersukacitalah) mengajak kita semua untuk selalu melakukan hal-hal sederhana namun dengan cinta maka kita telah dituntun selangkah manuju kekudusan. Kita juga diajak untuk menyadari siapa diri kita dengan semangat cinta kasih. Sebagai pendidik (sekaligus pendidik iman), kita diajak dalam karya untuk membentuk manusia dalam konteks menjelaskan misteri Allah yang begitu luas sehingga menjadi nyata dari hari ke hari.

Dalam rangkaian retret ini, tidak lupa pula Pater Fol mengajak peserta untuk berefleksi secara pribadi dan mensharingkan pengalaman kepada peserta lainnya. Semua dalam suasana kasih persaudaraan. Pada beberapa foto yang diambil, nampak antusiasnya para peserta dalam mengikuti retret.
Semoga banyak hal-hal baik yang kami terima dan kami refleksikan dalam retret ini mampu kami kembangkan dan laksanakan dalam tugas karya di lingkungan sekolah dan di masyarakat dimana pun kami berada.

Oleh: JAP

Rm Fol, CDD
Pembimbing Retret
Br. Yosef, CDD
(selama retret Br. Yosef, CDD selalu menemani kami)
Pak Inno
(Ikut menemani kami juga selama retret)
Ice breaking
agar semakin semangat retretnya
Makan bersama dalam susana silentium
Pemberian cinderamata dari Yayasan Pendidikan Kalimantan
yang diwakilkan oleh Br. Yosef, CDD kepada Rm. Fol, CDD

0 comments:

Post a Comment